Jumat, 31 Mei 2013

pengertian lawas, teknik penggarapan, dan contoh lawas tau samawa

lawas
Lawas adalah perwujudan budi pekerti tau Samawa yang tertuang dalam keluhuran bahasa,, lawas sebagai pilar budaya kita harus tetap mengacu pada dasar dasar falsafah ADAT BERSENDIKAN SYARA', SYARA' BERSENDIKAN KITABULLAH... itulah yang menjadi kiblat kita dalam berkarya dan beretika.... Jika dispesifikasi kembali lawas mengandung pembelajaran bahawa apa yang kita samapaikan harus menjunjung tinggi kesnatunan dalam bernbahasa, walaupun lawas tersebut bersiskan ejekan,, amarah,, ataupun cacian. Saudaraku saudaraku, saya  mengajak kepada kita semua mari kita brelajar mengahargai sesama dengan bahasa lawas yang baik,, tak ada alasan kita tidak bisa bahasa sumbawa yang asli,, bahasa sapuan,, bahasa halus, itu perkara lain karena itu kekahayaan khasanah bahasa kita,, sepanjang bahasa itu baik, sopan dan benar tidak disalahkan,, karena untuk menjadikan karya kita lebih baik dengan pencapian makna filosofis yang lebih tinggi dari sebelumnya,, itu butuh proses, dan proses itu kita lakukan dengan terus mengasah,, membiasakan, dan terus berkarya
LAWAS <<< TEKNIK PENGGARAPAN DARI ASPEK BUDAYA

SECARA UMUM///

1 TERDIRI DARI 3 BARIS, SETIAP BARIS TERDIRI DARI 8 SUKU KATA... Cöntoh
Ke-nang- ku-da- long -la-ku-ken
tomo gali tanjung pura
ya tiang long bala balong



2. Baris 1 merupakan ide, baris 2 merupakan respon, baris 3 merupakan kesimpulan,

Turen senda kales Arasy ( ide ttg datang sebuah ilham dan petunjuk)
riam takbir ke pamuji (respon dari bah sbuah hidayah akan diiringi dngan pujian2 dan kalimah tauhid)
Kemas mo tu sangka caya ( ksimpulan: brbhagialah org yg mendapat rahmat dari Allah)
3. Tidak ada pengulangan kata sama dalam satu bait, kalaupun ada berbeda arti dan perbuatan.
Ma tunung andi ma TUNUNG
Meleng Tunung ku beang me
jangan jadi kembo kopang
(tunung pertama berarti akak ato blum tidur, tunung kdua brarti telah atu bangun tidur / beda perbuatan)

LAWAS 4 BARIS


1. Lawas 4 seuntai (kinyang 4 baris)=>

Udang manis dalam dulang
kemang dangar ka tudampo
lamen manis mata nulang
panangar sai po ampo
(mempunyai kesamaan sifat seperti pantun, baris 1,2 sampiran. Bris 3,4 isi)


2. Apabila pd baris ke3 pembuat lawas blum mencapai simpulan yg maksimal maka di tambah lagi 1 baris di bawahnya, yg mana baris 3 dan 4 adalah satu kesatuan dari simpulan. Contoh
sosong lalo sempuku to,
antat kembo nopoda adi,
jangan tu dua no kawan,
goyo imung ke tu lima.
3. Pada baris simpulan terdapat 11 suku kata, krna dg 8 suku kata tdk dapt mecpai simpulan maksimal, tapi 3 suku kata pertama ditulis terpisah dg 8 suku kta slanjutnya., shg mnjadi 4 baris. Contoh
ma panto tu tua kawa,
tanyak diri manra layar,
mana nan,
lise si diri maruntu
bentuk 2 dan 3 jarang sekali kita temui, karena bentuk itu akan muncul pada saat pembuat lawas tidak dapat lagi menemukan baris simpulan spt biasa,,, ini disebabkan krna maksud yg akn dismpaikan sangat dalam.....                                    OLEH
Mufti Alhusni Dghm Thahir.
 contoh lawas
Melik rebu mara intan
Na sangkala adal subu
Ayi mataku notang do

Muntu kuanganmo andi
Nasipmo kubonga bintang
We bulan satemung mata

Berat tu peram panotang
Kapeno renduk basungu
Narang le muris parana

Berat kubalin panotang
Mangan nginem nomo nyaman
Ngantok konang no lap mata

Berat ampa do ke andi
Mara kuang totang kembo
Ngangkal satumpu tin balit

pengertian aktivitas siswa



Aktivitas siswa
a.      Pengertian Aktivitas
Aktivitas diartikan sebagai keaktifan dari suatu kegiatan (Alwi, 2001). Jadi aktivitas diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik diluar maupun di dalam sekolah tentang persoalan terhadap segala sesuatu selama proses belajar mengajar khususnya menanyakan sesuatu kepada guru.
Montesari dalam Sardiman (2003) juga menegaskan bahwa anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam penbentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Sekolah, adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya  mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat disekolah-sekolah.
  Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan. Hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain, berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi, membuat rencana. Ini berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehingga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karya wisata, survei, wawancara dengan warga masyarakat dan sebagainya (Hamalik, 2002).


strategi belajar active knowledge sharing





Strategi  Active Knowledge Sharing
a.       Definisi  Strategi Active knowledge sharing
Menurut Zaini (2008:22)  active knowledge sharing (berbagi pengetahuan aktif) adalah salah satu strategi yang dapat membawa siswa untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat serta dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa untuk membentuk kerja sama tim.
Menurut Silberman (2011:100) mengatakan bahwa stategi ini merupakan cara yang bagus untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang guru ajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sembari melakukan kegiatan pembentukan tim.
Active Knoeledge Sharing merupakan strategi yang menekankan siswa untuk saling berbagi dan membantu dalam menyelesaikan pertanyaan yang diberikan. Atau dengan kata lain, “ ketika ada siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan atau kesulitan menjawab, maka siswa lain yang mampu menjawab pertanyaan dapat membantu temannya untuk menyelesaikan pertanyaan yang diberikan” (Dewi, 2012:8).
Active knowledge sharing dapat membentuk siswa dalam kerja sama tim dalam diskusi (bertukar pengetahuan) dan dapat membuat siswa siap materi terlebih dahulu karena sebelum materi di ajarkan siswa diberikan pertanyaan terlebih dulu yang berkaitan dengan materi. Active knowledge sharing dapat melibatkan siswa secara aktif, dimana mereka dalam kelompoknya dapat berdiskusi (Nafi’a, 2012:8).
 Jadi active knowledge sharing merupakan strategi belajar aktif yang mendorong siswa aktif berbagi informasi dan pengetahuan kepada teman yang tidak bisa menyelesaikan soalnya dan sesi akhirnya guru menyampaikan topik-topik yang penting dari hasil pengerjaan  siswa dalam berbagi pengetahuan pada mata pelajaran tersebut .


b.       Langkah–Langkah Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing
1.       Menyiapkan sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pertanyaan -pertanyaan itu dapat berupa :
1)            definisi atau istilah.
2)            pertanyaan pilihan guru mengenai fakta atau konsep.
3)            mengidentifikasi seseorang.
4)            melengkapi kalimat.
5)            Dan lain–lain.
2.      Meminta siswa menjawab berbagai pertanyaan dengan sebaik-baiknya.
3.      Mengajak  siswa berkeliling ruangan, dengan mencari siswa yang lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang tidak siswa ketahui bagaimana menjawabnya (mendorong para siswa untuk saling membantu satu sama lain).
4.      Meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing dan mengulas jawaban-jawabannya.
5.      Mengisi jawaban-jawaban yang tidak bisa dijawab oleh siswa.
6.      Menggunakan informasi itu sebagai jalan memperkenalkan topik-topik penting di mata pelajaran tersebut.
c.        Kelebihan dan Kekurangan Strategi Active Knowledge Sharing
     Sebagai salah satu dari berbagai banyaknya strategi belajar aktif. Active knowledge sharing juga terdapat kekurangan. Namun kekurangan strategi belajar  active knowledge sharing semata-mata hanya suatu kekhawatiran. Kekhawatiran itu meliputi kondisi saat pembelajaran yang bisa berubah dari yang semestinya. Misalnya kegiatan belajarnya hanya merupakan kumpulan" kegembiraan dan permainan", berfokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang siswa pelajari, serta proses pembelajarannya menyita banyak waktu. Namun semua kekhawatiran itu bisa ditanggulangi dengan persiapan yang matang (Nafi’a, 2012:8).
Strategi belajar  active knowledge sharing juga memiliki kelebihan. Seperti yang dinyatakan oleh Silberman (2011:101) menambahkan keunggulan strategi belajar ini adalah siswa dapat meminta bantuan siswa yang lain untuk membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab dan bisa divariasikan dengan pemberian kartu indeks pada tiap siswa  untuk menuliskan informasi baru dari materi yang telah dipelajari.

pembelajaran kontekstual

2.1.1. Pembelajaran Kontekstuals
 Pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang didasarkan pada alasan bahwa pengertian atau makna muncul dari hubungan antara konten dengan konteksnya. Pemahaman yang lebih terhadap suatu konten dapat dicapai siswa jika diberikan konteks yang lebih luas dimana didalamnya siswa dapat membuat hubungan-hubungan. Jadi bagian penting dari pekerjaan adalah menyediakan konteks. Semakin banyak siswa mengaitkan pelajaran mereka dengan konteks, maka makin banyak pengertian yang dapat ditemukan dalam pelajaran tersebut. (Depdiknas, 2002 : 5). Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Teori pembelajaran kontekstual mendorong pendidik untuk memilih atau merancang lingkungan belajar yang menggabungkan sebanyak mungkin bentuk pengalaman baik sosial, budaya, fisik dan fsikologi untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dalam lingkungan belajar semacam ini , para siswa akan mendapatkan hubungan bermakna antar ide-ide abstrak dan penerapan-penerapan praktis dalam konteks dunia nyata, konsep diinternalisasi melalui proses penemuan, dan menghubungkan (Depdiknas, 2002 :1).Menemukan pengertian adalah karakteristik pokok pembelajaran kontekstual. Pengajaran seharusnya melibatkan siswa mencari arti dan pengajaran seharusnya memperkenannya siswa untuk memahami arti dari pelajaran yang mereka pelajari. Oleh karenanya pembelajaran kontekstual meminta siswa untuk membuat hubungan-hubungan yang menyatakan pengertian, sehingga pembelajaran kontekstual ini mempunyai kemungkinan besar untuk menarik semua siswa dalam pembelajaran (Setiadi,2002 : 15). 2.1.2. Komponen Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan lima komponen pembelajaran kontekstual yaitu: (Depdiknas 2002 : 10). 2.1.2.1. Konstruktivisme (constructivism) merupakan salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran kontruktivis.Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Ide – ide kontstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran berbasis kegiatan,dan penemuan.Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah penekanan pada hakekat sosial dari pembelajaran Slavin (2000) dalam (Trianto,2007:107). 
2.1.2.2. Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Kemampuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dapat diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.Siklus inquiri terdiri dari : a. Observasi ( Observation ) b. Bertanya ( Quistining ) c. Mengajukan dugaan ( Hypotesis ) d. Pengumpulan data ( Data gathering ) e. Penyimpulan ( Conclussion ) 

Langkah – langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah 2. Mengamati atau melakukan observasi 3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya. 4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,teman sekelas,guru,atau audien yang lain. 2.1.2.3. Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkomfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum di ketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2. Mengecek pemahaman siswa 3. Membangkitkan respon terhadap siswa 4. Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa 5. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang di kehendaki guru 7. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan 8. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan quistioning (bertanya): antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang di datangkan ke kelas, dan sebagainya.Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, berkerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan sebainya. Kegiatan – kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan siswa untuk ”bertanya”. 2.1.2.4. Refleksi (Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu.Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.realisasinya berupa : a. Pernyataan langsung tentang apa – apa yang di perolehnya hari itu. b. Catatan atau jurnal di buku siswa. c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. d. Diskusi,dan e. Hasil karya (sudjana,2007:113). 2.1.2.5. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessement) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian ( assessment ) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa . Pembelajaran yang benar memang seharusnya di tekan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari,bukan ditekankan pada diperolehnya sebnayak mungkin di akhir periode pembelajaran. Penilaian yang sebenarnya menilai pengetahuan dan keterampilan ( performent ) yang di peroleh siswa.Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman atau orang lain.Karakteristi penilaian yang sebenarnya : a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif c. Yang di ukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta d. Terintegrasi; dan e. Dapat digunakan sebagai feed back. 2.1.3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual Adapun karakteristik pembelajaran kontekstual yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut : ( Depdiknas, 2002 : 20 ) a. Kerjasama b. Saling menunjang c. Menyenangkan, tidak membosankan d. Belajar dengan bergairah e. Pembelajaran terintegrasi f. Menggunakan berbagai sumber g. Siswa aktif h. Sharing dengan teman i. Siswa kritis guru kreatif j. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta,gambar, artikel, humor dan lain-lain. k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapot, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. 2.1.4. Strategi Pembelajaran yang Berasosiasi dengan Pembelajaran Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual ada delapan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual adalah CBSA, pendekatan keterampilan proses, life skill educations, authentic intruction, inquiry based learning, cooperative learning dan servise learning ( Depdiknas, 2002 ). CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ) ditinjau dari proses belajar mengajar, dapat diartikan sebagai salah satu cara strategi mengajar yang memuat keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin sehingga mampu mengubah tingkah laku siswa secara lebih efektif dan efisien ( Sudjana, 1989 : 30 ). Pendekatan keterampilan proses merupakan suatu pendekatan proses dalam pengajaran yang didasarkan atas keterampilan siswa untuk mengolah perolehan yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberi kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan dan menggolongkan. Life skill education merupakan pembelajaran yang mendorong keterampilan berfikir dan kerampilan memecahkan masalah yang penting dalam lingkungan hidup riil. Authentic-instruction merupakan intruksi atau pengajaran yang memungkinkan para siswa untuk belajar dalam konteks yang bermakna. Inqury-based learning merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk pembelajaran yang bermakna. Problem-based learning merupakan pembelajaran yang menggunakan permasalahan riil sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis maupun belajar memecahkan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial. Cooperative-learning merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran melalui pembentukan kelompok-kelompok kecil yang sesungguhnya. Servise-learning merupakan suatu metode pengajaran yang menggabungkan pelayanan masyarakat dengan kesempatan baik berbasis sekolah yang berstruktur untuk refleksi tentang pelayanan maupun hubungan antara pengalaman pelayanan akademik. 2.1.5. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut: a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri menemukan sendiri, dan menkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b. 
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inqury untuk semua topic. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan. g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Trianto,2007:106)

faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar merupakan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah mengalami proses belajar selama periode tertentu. Pendapat lain menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara teknik dinytakan dalam pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran yang baik dari perubahan kognitif, efektif, fisikomotor dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar selama periode tertentu. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan (eksternal). 1) Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah: a) Faktor Jasmaniah 1. Faktor kesehatan, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya, karena proses belajar seseoarang akan terganggu jika kesehatannya juga terganggu. Jadi agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin. 2. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabakan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. b) Faktor Psikologis 1. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaiakan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat; 2. Perhatian, menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan objek; 3. Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan; 4. Bakat, menurut Hilgard adalah kemampuan untuk belajar; 5. Kematangan adalah tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru; 6. Kesiapan, menurut Jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. 2) Faktor eksternal a. Faktor Keluarga Faktor Keluarga yaitu: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor Sekolah Faktor Sekolah yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi antara siswa dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat dan bahan pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c. Faktor Masyarakat Faktor Masyarakat yaitu: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari faktor di atas dapat diketahui faktor mana yang mempunyai pengaruh lebih, untuk itu perlu mendapat kajian satu persatu khususnya pelajaran matematika, dalam pembelajaran siswa diharapkan bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga bentuk sikap positif seperti, kritis, inovatif, kreatif, mandiri dan terbuka.

matematika

belajar matematika 1. Hakikat Matematika matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan dan bangun (datar dan ruang) lebih menekankanpada materi matematikanya (syahrir, 2010:84) Matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai berbagai ilmu pengetahuan lain (Jannah, 2011:20) Syahrir (2010:8) menyatakan matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran, geometri, aritmatika social, peluang, dan statistik. Matematika merupakan ilmu yang sangat penting yang ilmu matematika tersebut diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan ilmu hitung serta ilmu yang membawa manusia untuk siap menempuh perubahan hidup yang semakin maju. 2. Belajar dan Pembelajaran Matematika a. Belajar Matematika Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya suatu interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2009:35). Tuntutan belajar matematika mengarah pada perbaikan dimana mendesaknya menghubungkan peembelajaran matematika dengan dunia nyata (syahrir, 2010:30). Dalam menghubungkan pembelajaran matematika dengan dunia nyata tidaklah terlalu sulit karena segala materi yang di ada dalam pendidikan matematika dapat di terapkan ke dalam kehidupan nyata. Menrut Dienes dalam Syahrir (2010:15), bahwa belajar matematika dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga proses atau prinsip itu terbangun kembali. Memperhatikan beberapa pengertian tentang belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses merencanakan, mengkonsep, dan mengaplikasikan materi-materi matematika yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan pengetahuan matematika dan hasil belajar matematika yang dapat di aplikasikan langsung ke dalam kehidupan serta dapat digunakan dalam berinteraksi dengan lingkungnnya. b. Pembelajaran Matematika Kamus besar bahasa Indonesia (2007) dalam Thobroni dan Mustofa (2012:18) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Rusman, 2010:3). Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (Syahrir, 2010:34). Pembelajaran matematika merupakan suatu cara merencanakan, mengkonsep, dan mengaplikasikan materi-materi matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan menentukan objek pembelajaran (Syahrir, 2010:8). Yaniawati dalam Jannah (2011:78) merumuskan setidaknya ada lima tujuan umum pembelajaran matematika, yakni belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar (mathematicalreasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematicalproblem solving), belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection), dan pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics). Rumusan tujuan umum matematika di atas dapat dijadikan sebagai rel dalam mengajar matematika kepada peserta didik. Selain dari rumusan pembelajaran tersebut ada beberapa hal yang perlu di perhatikan juga seperti mempraktikkan tips-tips mengajar matematika yang menyenangkan dan menjadikan matematika sebagai bagian hidup peserta didik agar dalam pembelajaran matematika tidak terasa membosankan. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpuan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan guru yang dilakukan secara terencana dalam belajar matematika yang terdiri dari suatu cara merencanakan, mengkonsep dan mengaplikasikan materi-materi matematika untuk memperoleh suatu keterampilan melalui pelajaran matematika berdasarkan pengalaman atau pengajaran matematika. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efesien. Proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran haruslah menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta member ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

media poster

6. Media Poster a. Definisi Poster Menurut Sudjana dan Rivai (2007:51), poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya. Jadi poster dapat didefinisikan sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang. Jika ingin menarik perhatian dan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam menyampaikan pesan, poster haruslah memiliki daya tarik pandang yang kuat. Untuk itu dalam mendesain poster haruslah mematuhi karakteristik poster. b. Prinsip Desain Poster Menurut Ichal (2012) prinsip desain poster sebagai berikut: 1) Keseimbangan/ Balencing Keseimbangan merupakan prinsip dalam komposisi yang menghindari kesan berat sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur-unsur rupa. Ada dua jenis keseimbangan tata letak desain yang bisa diterapkan: desain simetris/ formal dan tidak simetris/ asimetris/ non-formal. 2) Alur Baca/ Movement Alur baca yang diatur secara sistematis oleh desainer untuk mengarahkan “mata pembaca” dalam menelusuri informasi, dari satu bagian ke bagian yang lain. 3) Penekanan/ Emphasis Penekanan bisa dicapai dengan membuat judul atau illustrasi yang jauh lebih menonjol dari elemen desain lain berdasarkan urutan prioritas. 4) Kesatuan/ Unity Beberapa bagian dalam poster harus digabung atau dipisah sedemikian rupa menjadi kelompok-kelompok informasi. Misalnya nama gedung tempat acara berlangsung harus dekat dengan teks alamat. c. Kegunaan Poster Menurut Sudjana dan Rivai (2007:57) kegunaan poster sebagai berikut : 1) Untuk Memotivasi Penggunaan poster dalam pengajaran sebagai pendorong atau motivasi kegiatan belajar siswa. Diskusi dapat dilakukan setelah diperlihatkan sebuah poster berkenaan dengan bahan pengajaran. 2) Sebagai Peringatan Pesan melalui poster yang tepat, akan membantu menyadarkan siswa, sehingga diharapkan bias berubah perilakunya dalam praktek sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan. Dengan poster kesehatan, berarti menyadarkan orang untuk hidup sehat. 3) Pengalaman yang kreatif Sebagai alat bantu mengajar poster memberi kemungkinan belajar kreatif dan partisipasi. Kehadiran poster dalam proses belajar mengajar member kesempatan kepada siswa untuk melukiskan tetang apa-apa yang dipelajari mereka. Dengan kata lain poster memberikan pengalaman baru sehingga menumbuhkan kreativitas siswa dalam cara belajarnya.

hasil belajar



1.      Hasil Belajar
Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperolesiswa, Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
a.       Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b.      Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang.
c.       Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d.      Keterampilan motorik yaitu kemempuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otamatisme gerak jasmani.
e.       Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantatif maupun kualitatif (Iskandar, 2009:128).
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah reciving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized (Suprijono, 2011:7).
Hamzah (2008:213) hasil belajar adalah perubahan prilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau katagori dan secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2011:7).
 Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan penguasaan yang dimiliki siswa yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif.